Makanan alami adalah makanan yang tumbuh sendiri di tempat pemeliharaan ikan yang bersangkutan. Makanan alami ditumbuhkan bersamaan dengan pemeliharaan ikan sistem ekstensif, yaitu pemeliharaan ikan yang menggunakan lahan yang luas dengan padat penebaran rendah.
Jenis makanan alami dapat berupa bahan nabati maupun hewani, tergantung pada jenis ikan yang dipelihara. Jenis-jenisnya dapat berupa plankton (fitoplankton dan zooplankton), alga filamen 0umut), alga dasar (kelekap), detritus campur bakteri dan cendawan, organisme bentos, tanaman air submersum (tumbuhan di dalam air), tanaman air yang mengapung (Neuston dan Pleuston), serta binatang-binatang nekton.
Makanan alami diperoleh dari pengambilan di alam, tetapi beberapa di antaranya dapat diperbanyak melalui kultur makanan alami. Pengulturan makanan alami dapat dilakukan dengan membibitkan jenis yang tersedia maupun membibitkan langsung dari alam. Untuk mendapatkan makanan alami yang kontinu, pembudidaya harus melakukan kultur sendiri dengan cara memurnikan bibitnya dari media pengulturan.
Selain organisme yang dijadikan makanan alami, artikel ini juga akan diulas mengenai cara memurnikan plankton dan cara budi daya fitoplankton serta zooplankton.
Makanan alami ikan terdiri dari organisme renik berukuran mikro (kecil) dan organisme makro yang sangat jelas bila dilihat secara kasat mata. Organisme renik dapat terlihat jelas jika dilihat dengan menggunakan alat bantu, seperti mikroskop dan lup (suryakanta). Berikut ini beberapa jenis organisme yang menjadi makanan alami ikan.
PLANKTON
Plankton adalah organisme (tumbuhan dan hewan) yang hidup melayang-layang di dalam air tanpa mempunyai kemampuan untuk melawan gerakan air. Pada umumnya plankton berukuran renik. Akan teta ada beberapa jenis yang berukuran sedang sehingga mudah dilihat dengan mata telanjang, misalnya kutu air jenis kopepoda. Plankton dapat berupa jasad-jasad nabati atau tumbuhan (fitoplankton, plankton nabati) dan jasa jasad hewani atau binatang (zooplankton, plankton hewani).
1. Fitoplankton
Fitoplankton merupakan organisme yang berukuran renik, memiliki gerakan yang sangat lemah, bergerak mengikuti arah arus, dan dapat melakukan proses fotosintesis karena memiliki klorofil dalam tubuh. Fitoplankton sebagian besar terdiri dari alga (ganggang) bersel tunggal yang berukuran renik. Akan tetapi, beberapa jenis di antaranya ada juga yang suka membentuk koloni.
Organisme ini merupakan produsen primer di perairan karena dapat mengolah bahan-bahan anorganik yang ada di lingkungannya menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Perkembangbiakannya sangat cepat melalui pembelahan sel sehingga pertumbuhannya dapat didorong dengan memperkaya kandungan bahan anorganik melalui pemupukan. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik atau pupuk buatan.
Pupuk anorganik terdiri dari pupuk nitrogen (Urea, Za), pupuk fosfat (TSP, amofos), pupuk kalium (KC1), dan pupuk majemuk (NPK). Pupuk anorganik buatan pabrik terdiri dari bahan-bahan mineral sehingga dalam penggunaannya lebih cepat bereaksi dengan media budi daya dibandingkan pupuk organik. Jika takaran penggunaannya berlebihan, dapat mematikan fitoplankton yang dipupuk karena terjadi pengerutan cairan sel (plasmolisis).
Fitoplankton dapat tumbuh baik di kolam atau tambak yang tanah dasarnya lembek, kedalaman air sekitar 70—100 cm, dan kadar garam maksimum 25 ppt. Pertumbuhannya dapat dipacu dengan pemberian pupuk dasar yang terdiri dari pupuk kandang (1000 kg /ha), dedak (200 kg /ha), urea (40 kg /ha), dan TSP (30—40 kg/ha). Agar pertumbuhannya dapat berlanjut selama masa pemeliharaan ikan, secara berkala, misalnya seminggu sekali, kolam pemeliharaan fitoplankton perlu dipupuk ulang. Dalam pemupukan lanjutan ini, diberikan pupuk kandang (300 kg/ha), pupuk urea (20 kg /ha), dan TSP (10 kg/ha).
Fitoplankton sangat baik untuk makanan burayak dan benih ikan, udang, kepiting, serta kerang-kerangan. Selain disukai oleh ikan-ikan pemakan plankton, fitoplankton diperlukan juga oleh ikan-ikan dewasa seperti tambakan, mola, dan bandeng.
Beberapa jenis fitoplankton yang tumbuh di kolam atau ditambak antara lain anggota-anggota dari ganging hijau, misalnya Chlorella, Selanastrum, dan Scenedesmun. Contoh fitoplankton dari kelas Flagellata, seperti Chlamydomonas, Tetaselmis, Dnaliella, dan Isochrysis. Anggota Diatomeae contohnya Cyclotella, Synedra, Navicula, Nitzschia, Chaetoceros, dan Skeletonema.
Beberapa jenis fitoplankton tersebut dapat dibudidayakan secara intensif dan missal. Jenis fitoplankton yang telah dapat dibudidayakan antara lain Skeletonema, Chaetoceros, Tetraselmis, Dunaliella, Isochrysis, Chlorella, Nannochloropis, dan Spirulina.
2. Zooplankton
Zooplankton merupakan hewan-hewan renik (mikroskopik) yang hidi i nelayang-layang di dalam air. Akan tetapi, ada juga yang berukuran agak besar sehingga dapat dilihat bentuknya secara kasat mata. Beberapa jenis hewan yang merupakan zooplankton, di antaranya Infusoria, Brachionus, Artemia, Daphnia, Moina, Cyclops, dan Calanus.
Beberapa jenis yang sudah dapat dibudidayakan secara intensif dan massal di antaranya Brachionus plicatilis (Rotifera), Artemia salina (Anacostraca), Daphnia sp, (Cladocera), Moina sp (Cladocera), dan jentik jentik nyamuk biasanya Culex sp. (Diptera insekta). Budi daya zooplankton telah dilakukan hampir di seluruh tempat budi daya ikan dan udang, baik air tawar maupun air laut.
Brachionus dapat ditumbuhkan dalam bak, kolam, atau tambak melalui pemupukan. Dengan pemupukan maka fitoplankton yang menjadi makanannya, misalnya Chlorella sp., dapat tumbuh dengan baik. Setelah fitoplankton tumbuh banyak maka bibit Brachionus dapat disebarkan agar barkembang lebih lanjut.
Jenis pupuk yang digunakan adalah kotoran sapi kering (100 ppm, atau 100 mg/l air), bungkil kelapa (20 ppm, atau 20 mg/l air), urea (2 ppm, atau 2 mg/l air), TSP (2 ppm, atau 2 mg/l air). Setelah pemupukan, 4—5 hari kemudian Brachionus akan berkembang dengan baik.
Kutu air atau Cladocera seperti Daphnia dan Moina dapat ditumbuhkan di kolam-kolam pendederan melalui pemupukan. Mula-mula kolam dikeringkan kemudian diberi kapur sebanyak 1—2 kg/10 m2. Setelah itu, kolam dipupuk dengan kotoran ayam, dedak padi, atau ampas tahu sebanyak 2 kg/10 m2. Pupuk dicampur dengan tanah dasar. Setelah dibiarkan selama 2—3 hari, kolam pendederan lalu diairi setinggi kira-kira 30 cm. Air dibiarkan sampai warnanya berangsur-angsur menjadi kecokelat-cokelatan yang menandakan bahwa fitoplankton telah tumbuh.
Bila fitoplanktonnya telah tumbuh banyak, bibit kutu air dapat dimasukkan. Dalam waktu 4-7 hari kutu air akan berkembang lebih banyak. Benih yang akan dideder dapat ditebarkan. Untuk menjaga agar populasi fitoplankton tetap banyak, sebaiknya dilakukan pemupukan ulang dengan pupuk anorganik, misalnya pupuk ammonium fosfat sebanyak 10 g/10 m2.
No comments:
Post a Comment