Terkait sektor perikanan, Sharif menjelaskan, KKP terus berupaya mendorong produktivitas kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelanjutan sehingga mampu menjadi penggerak utama perekonomian nasional. Pasalnya, sektor perikanan Indonesia memiliki potensi besar sebagai produk unggulan ekspor. Dengan sumber daya laut yang sangat luas, Indonesia bisa menjadi negara produsen di bidang perikanan.
KKP kian mengedepankan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan lewat konsepsi ekonomi biru (blue economy). Konsepsi blue economy bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi dari sektor kelautan dan perikanan, sekaligus menjamin kelestarian sumberdaya serta lingkungan pesisir dan lautan.
Ia mengatakan program industrialisasi perikanan yang dilakukan pemerintah telah berjalan secara optimal. "Pemerintah mengharapkan pelaku usaha di sektor perikanan dan kelautan dan swasta turut membantu dalam upaya mengakselerasi industrialisasi perikanan, sehingga rantai pasok dari hulu sampai hilir menjadi lebih terintegrasi," ujarnya. Industrialisasi kelautan dan perikanan dilakukan dengan tujuh pendekatan yakni, menyiapkan konektivitas dan infrastruktur, meningkatkan investasi, iptek, sdm, mutu dan keamanan produk serta penataan dan pengembangan kawasan sentra produksi.
Sharif menjelaskan, perikanan budidaya dapat terus kita tingkatan produksinya karena kita telah memiliki teknologi, peralatan baru maupun probiotik sehingga laju produksinya dapat dilakukan secara optimal. “Perikanan budidaya menjadi primadona KKP untuk terus ditingkatkan produktivitasnya. Lantaran stok perikanan tangkap cenderung mengalami stagnasi,” ungkapnya
Tercatat, sampai dengan triwulan II 2012 produksi perikanan budidaya mencapai 10,89 juta ton atau 73,28 persen dari dari target tahun 2012 sebesar 14,86 juta ton. “Diperkirakan akhir tahun ini produksi perikanan budidaya mampu menembus angka 14, 8 juta ton yang dilakukan melalui revitalisasi perikanan budidaya,”sambungnya.
Laju pertumbuhan PDB perikanan berdasarkan tren sejak 2009, diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibanding dua tahun sebelumnya. Berdasarkan data KKP, laju pertumbuhan PDB perikanan adalah 4,53 persen pada tahun 2011 dan 5,05 persen pada tahun 2012 hingga triwulan III. Sedangkan target pertumbuhan PDB perikanan adalah 6,85 persen pada 2012, 7 persen pada 2013, dan 7,25 persen pada 2014. Menurut dia, ekspor hasil perikanan pada saat ini telah mengarah kepada produk bernilai tambah dan mengalami kenaikan nilai ekspor pada Januari-Juli 2012 sebesar 14,69 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. KKP menargetkan pada 2012 nilai ekspor hasil perikanan 4,2 miliar dolar AS.
Kendati demikian, Sharif mengakui, memang terjadi penurunan pangsa pasar utama yakni AS, Jepang, dan Uni Eropa sebagai salah satu dampak resesi global, tetapi pangsa pasar potensial lainnya cenderung meningkat sebagai salah satu dampak dari diplomasi dan promosi pemasaran hasil perikanan. Hal itu juga didukung dengan peningkatan jumlah UPI yang memenuhi persyaratan ekspor di negara tujuan utama dan terjadi diversifikasi pasar tujuan ekspor
Sejalan dengan itu, KKP telah menetapkan 9 target indikator kinerja utama (IKU) pembangunan kelautan dan perikanan pada 2013. Adapun kinerja utama tersebut yaitu, pertama pertumbuhan PDB perikanan sebesar 7 persen, kedua produksi perikanan sebesar 18,49 juta ton, ketiga nilai ekspor hasil perikanan sebesar 5 miliar dolar AS, keempat konsumsi ikan per kapita sebesar 35,14 kg/kapita/tahun.
Kelima, nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan sebesar 112. Keenam jumlah kasus penolakan eskpor hasil perikanan kurang dari 10 kasus, ketujuh luas kawasan konservasi laut dan perairan yang dikelola secara berkelanjutan seluas 3,467 juta ha. Kedelapan. Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terdepan yang dikelola sebanyak 60 pulau. Terakhir, menurunnya persentase wilayah perairan bebas IUU Fishing dan kegiatan yang merusak sebesar 41 persen.
Sebelumnya, laporan McKinsey Global Institute pada September 2012 menyebutkan bahwa Indonesia akan dapat mengalahkan Inggris dan menjadi negara perekonomian terbesar ketujuh pada 2030. Tercatat, selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi dengan volatilitas terendah dibandingkan negara-negara OECD dan BRIC.
Namun, menurut laporan tersebut, Indonesia baru dapat mencapainya bila negara itu dinilai dapat mengatasi kebijakan proteksionismenya yang kronis, regulasinya yang berbelit-belit, dan kondisi buruk baik dalam hal infrastruktur maupun transportasi yang dinilai menghambat pertumbuhan ekonomi. Dalam 15 tahun mendatang, kelas konsumen global diestimasikan mencapai 1,8 miliar orang yang mayoritas berada di Asia sehingga akan meningkatkan permintaan sumber daya dan komoditas Indonesia.
No comments:
Post a Comment