Program revitalisasi tambak udang melalui tambak demfarm yang digulirkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak tahun 2012 telah mengubah cara bertambak para pembudidaya udang di wilayah Pantai Utara
(Pantura) khususnya di wilayah Banten dan Jawa Barat. “Tujuan awal dari
program ini adalah untuk merubah mindset petambak dari semula bertambak
secara individual menjadi komunal (sistim klaster/kelompok) serta
memperkuat jiwa kewirausahaan di kalangan petambak tradisional. Sistim
klaster diperlukan sekali agar petambak bisa mengendalikan musim tanam,
asal usul benih yang berkualitas, prosedur pemeliharaannya, dan sangat
bermanfaat bagi pengendalian serta isolasi penyakit”, kata Direktur
Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto di Jakarta (21/10).
Saat
ini para pembudidaya udang yang dulunya bertambak secara tradisional
dan sekarang telah tergabung dalam satu kelompok serta bertambak dalam
satu klaster, sudah bisa bernafas lega. Salah satu petambak udang
demfarm yang berhasil adalah Carkimudin. Petambak yang
sekaligus Ketua KUD Karya Bukti Sejati ini telah membuktikan bahwa
budidaya dengan sistem tertutup dalam satu klaster mampu menghasilkan
panen 10 ton dari 1 ha tambak dan sudah tercapai pada siklus pertama
budidaya udang yang dilakukan.
“Saya
tidak menyangka bahwa di daerah sini masih bisa memproduksi udang
sebanyak itu. Sebelum adanya program ini, daerah tambak di Subang banyak
yang mangkrak karena para pemiliknya sudah tidak mau dan mampu lagi
menjalankan usaha budidaya udang. Sekarang, dengan melihat keberhasilan
panen udang, tambak-tambak yang tadinya mangkrak mulai banyak dikelola
oleh pemiliknya dengan modal sendiri”, katanya.
Bantuan
program KKP melalui revitalisasi tambak udang, pada tahun 2012
diberikan dalam bentuk barang berupa plastik mulsa, kincir, pompa air,
genset, benih udang dan juga pakan. Sedangkan untuk program revitalisasi
tambak 2013, diberikan dalam bentuk plastik mulsa, kincir, pompa air,
dan genset. “Hal ini untuk lebih meningkatkan rasa memiliki petambak
udang terhadap program revitalisasi tambak, dan sekaligus membuka pintu
perbankan untuk lebih berperan sejak awal dalam pemberian bantuan modal
kepada petambak dalam mengelola usaha budidaya udang”, tambah Slamet.
KEMITRAAN
Selain
berbasis pembentukan klaster atau kelompok, prinsip dari program
revitalisasi adalah berbasis masyarakat. Sehingga diperlukan adanya
mitra untuk menjamin operasional tambak, keberhasilan usaha dan pasar.
“Mengapa kemitraan, karena pembudidaya tradisional belum mampu
berbudidaya tambak dengan teknologi yang dianjurkan sehingga diperlukan
modal dan teknologi serta jaminan pasar yang dimiliki oleh mitra”’
ungkap Slamet.
Pola
kemitraan ini sifatnya saling menguntungkan. Petambak udang lebih mudah
mendapatkan sarana produksi tambak dan mempermudah dalam pemberian
bantuan modal oleh perbankan kepada petambak karena menggunakan mitra
sebagai agunan.
“Pola
kemitraan dalam program revitalisasi tambak ini sangat menguntungkan
pihak petambak dan mitra. Petambak mudah mendapatkan sarana produksi
tambak karena difasilitasi oleh mitra, sedangkan mitra memiliki
kepastian usaha karena dibantu petambak dalam menjalankan usahanya.
Apalagi kalau dibentuk koperasi sebagai wadah, petambak dan mitra akan
sama-sama terjamin dalam melakukan usahanya, karena sudah ada koperasi
sebagai wasit”, ungkap M. Hikmat Darmawan, seorang
mitra tambak demfarm di wilayah desa Kemayungan, Kec. Pontang, Kab.
Serang, yang lahannya di jadikan lokasi tambak demfarm dan dikelola oleh
petambak udang di sekitarnya.
Saat
ini sudah terbentuk Koperasi Putra Serang Mandiri yang beranggotakan 90
orang petambak yang masing-masing mengelola 1 hektar tambak udang.
Melalui koperasi, pihak perbankan sudah bersedia memberikan KUR (Kredit
Usaha Rakyat), yaitu BTN (Bank Tabungan Negara ) dan BRI (Bank Rakyat
Indonesia) dengan total sebanyak Rp 8 miliar. “Diberikan kepada setiap
petambak kisaran Rp 450 - 500 juta dengan jangka waktu pengembalian
selama 3 tahun dan bunganya sebesar 13 % per tahun”, kata Hikmat.
Hal senada juga disampaikan oleh Mina Permana,
Ketua Koperasi Putra Serang Mandiri, yang mengatakan bahwa selain untuk
mengelola aset permodalan milik bersama, koperasi juga menciptakan
kebersamaan di antara pembudidaya. Anggota kelompok koperasi juga
diperbolehkan menabung ataupun meminjam uang dari koperasi. Dan agar
lebih berdaya guna, Koperasi Putera Serang Mandiri juga membuat produk
olahan ikan yang dipasarkan ke daerah sekitar. “Hasil olahan buatan
kelompok sudah ada seperti kerupuk dari rumput laut,” ujar Mina.
Lain cerita dengan tambak demfarm di wilayah Indramayu, tepatnya di Desa Sukajaya Kec. Indramayu. H. Maftuchin,
Ketua Kelompok Vaname Jaya 3, yang beranggotakan 10 orang petambak
mengungkapkan bahwa awalnya dia hanya mampu berbudidaya udang di lahan
yang dimilikinya saja, tetapi melalui program tambak demfarm, dengan
bantuan peralatan dan sarana produksi tambak lainnya, saat ini
kelompoknya sudah mengembangkan 20 ha tambak di luar tambak yang sudah
ada.
“Dari
dulu sebenarnya ingin berkembang, tapi modalnya kurang, dengan program
ini, kami bangga sekarang bisa mandiri dan bahkan nambah lahan buat
nanam udang. Rencananya udah ada 20 ha, 8 ha sudah jadi tinggal nunggu
di tanam udang, yang sisanya masih diperbaiki tambaknya. Ini lagi
semangat nanam udang, karena harganya lagi naek, size 30 harganya 113
ribu”, jelas Maftuchin dengan semangat.
Penambahan Luasan Tambak
Dengan tingkat keberhasilan program revitalisasi tambak oleh
KKP seperti yang dirasakan para pembudidaya di lokasi tambak demfarm
sekarang ini, pembudidaya banyak yang mendapatkan shock culture karena pendapatan yang luar biasa dalam waktu singkat.
“Dampak
yang dirasakan dengan adanya program ini adalah usaha budidaya udang
vaname baru bermunculan disekitar tambak demfarm. Penambahan luasan
tambak baru sudah mencapai 250 ha yang akan operasional dan sekitar 150
ha lagi sedang dalam konstruksi. Bahkan dari seribu hektar tambak yang
direvitalisasi melalui program ini, mampu menyerap tenaga kerja baik
musiman maupun tetap sebanyak 130 ribu orang. Ditambah lagi, posisi
tawar udang Indonesia yang cukup tinggi di dunia karena bebas EMS, bebas
residu dan bebas subsidi, industri perudangan nasional akan bergairah
yang otomatis akan berdampak positif bagi para pelaku usaha di dalamnya
khususnya petambak udang”, tambah Slamet.
Melalui program revitalisasi tambak, jiwa kewirausahaan yang
dibangun adalah melalui kelompok yang sehat, disiplin dan dapat menjaga
perjanjian usaha serta mematuhi anjuran teknis yang diberikan. ”Kedepan
menjaga komitmen sesuai perjanjian adalah ciri pengusaha kecil yang
harus dibangun di Indonesia karena kita bersiap menghadapi ASEAN Economic Community
(AEC) 2015 yaitu era perdagangan bebas regional ASEAN. Tugas KKP adalah
mencetak pembudidaya tradisional untuk menjadi pengusaha yang mempu
bersaing secara global dengan sentuhan teknologi dan pemberdayaan secara
kelompok. Kondisi ini dapat dicapai salah satunya melalui program
revitalisasi tambak”, tutup Slamet.
No comments:
Post a Comment