Potensi perikanan Indonesia diperkirakan hilang 40 persen pada setengah abad ke depan yang disebabkan ikan-ikan di perairan Indonesia akan berpindah ke wilayah utara sebagai dampak peningkatan suhu air laut dan perubahan iklim.
"Kurang lebih 40 hingga 50 tahun ke depan, 40 persen ikan-ikan di Indonesia akan hilang karena menuju perairan di wilayah sebelah utara," kata Manajer Regional Project Arafura and Timor Seas Ecosystem Action, Tonny Wagey di Jakarta, Rabu.
Prediksi tersebut muncul berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap suhu rata-rata air laut, aspek kandungan kimia dan ketersediaan makanan bagi biota laut, kata Tonny.
Oleh karena itu, diperlukan sejumlah antisipasi dini untuk menghindari ancaman ketahanan pangan dari sektor perikanan.
Salah satunya dengan mengembangkan teknologi budidaya perairan, seperti penangkaran ikan untuk mencukupi permintaan pasar akan salah satu sumber protein hewani dari laut itu, kata Tonny.
"Selain itu, diperlukan pula program diversifikasi protein untuk menekan jumlah konsumsi ikan yang berlebihan," kata Tonny.
Ancaman perubahan iklim terhadap ketahanan pangan, khususnya dari sektor perikanan sangat nyata, demikian ungkap Direktur Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Air Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Edvin Aldrian.
Dalam diskusi yang digelar oleh pusat kebudayaan Amerika Serikat AtAmerika di Jakarta itu, Edvin mengatakan peningkatan suhu Bumi berpengaruh juga terhadap peningkatan suhu air laut.
"Jadi, air laut itu seperti kue lapis. Bagian atas bersuhu hangat, semakin ke dalam semakin dingin," kata Edvin.
Jika suhu air laut menghangat, maka ikan-ikan tertentu yang cocok terhadap suhu yang lebih dingin, maka akan tinggal lebih dalam lagi karena mempunyai suhu yang lebih dingin. Hal tersebut akan menyulitkan para nelayan karena mereka harus mencari ikan ke laut yang lebih dalam lagi.
Dalam kesempatan yang sama, pakar kelautan dari National Oceanic and Atmospheric Administration Amerika Serikat, Michael McPhaden mengatakan laut berfungsi sebagai penyerap suhu bumi.
"Panas berlebih yang terkumpul di planet ini menuju ke laut. Laut menyerap 90 persen dari panas berlebih tersebut sehingga suhu air laut meningkat dan permukaan air laut bisa bertambah tinggi," kata McPhaden
Suhu air laut yang meningkat juga menyebabkan pemutihan terumbu karang, yang bisa mematikan karang tersebut.
Sebagai dampaknya, terumbu karang tidak bisa ditinggali oleh sekaligus digunakan sebagai tempat berkembang biak biota laut.
Gejala pemanasan global dan perubahan iklim yang disebabakan oleh akumulasi gas karbon dioksida di atmosfer tersebut nyata serta memiliki dampak fisik dan non-fisik bagi masyarakat di seluruh dunia. "Tinggal bagaimana kami meresponnya," kata Edvin sependapat dengan McPhaden.
(A059/A013)
Editor: Ruslan Burhani
Sumber : Jakarta (ANTARA News) -
No comments:
Post a Comment