Sejumlah nelayan di Desa Lubuk Kertang, Pangkalan Berandan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, mengambil alih lahan mangrove seluas 1.200 hektar, yang sebelumnya dikuasai sejumlah pelaku perkebunan sawit. Para nelayan berupaya menyelamatkan kawasan vegetasi bakau itu yang sudah hancur lebur.
Nelayan yang tergabung dalam Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Region Sumatera itu melakukan penanaman mangrove di Desa Lubuk mulai hari ini, Minggu (23/9/2012). Selain kelompok nelayan KNTI, agenda ini juga didukung oleh Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) dan masyarakat dari tujuh desa/kelurahan di pesisir Pangkalan Brandan.
Presidium KNTI Region Sumatera Tajuruddin Hasibuan mengemukakan, sebagai tahap awal, masyarakat akan mengupayakan hutan konservasi pesisir seluas 300 hektar. Selama ini, pengusaha perkebunan sawit yang menguasai lahan tersebut tak hanya mengakibatkan kerusakan hutan mangrove, tetapi juga melarang nelayan berkegiatan di wilayah tangkapnya sendiri. Semula, nelayan mengandalkan tangkapannya di paluh-paluh (anak sungai).
Berdasarkan temuan di lapangan, di Desa Lubuk Kertang ada sekitar 2.000 hektar mangrove yang telah dialihfungsikan sejak tahun 1990-an.
"Kami sadari bahwa apa yang sedang dikerjakan masih langkah awal. Apalagi ada aksi ekspansi sawit di beberapa titik lain dan kondisi mangrovenya tak kalah hebat kerusakannya," ungkap Tajuruddin.
Koordinator Manajemen Pengetahuan Kiara, Mida Saragih, mengemukakan, Inisiatif nelayan menjaga lingkungannya perlu mendapat dukungan dari banyak pihak agar keanekaragaman hayati pesisir dan laut kita terjaga.
Upaya itu perlu didukung kebijakan pemerintah menyelamatkan ekosistem dengan merangkul inisiatif lokal, serta perlu memasukkan urgensi perbaikan kerusakan pesisir di bawah kerangka mitigasi dan adaptasi.
Sumber: Kompas.com, 23 September 2012
No comments:
Post a Comment